Tak Semestinya Kelabu
Berawal
dari ajang perlombaan lct di Unila dan kesrempetnya
gadis itu yang membuat kita semakin akrab, tak pernah disangka akhirnya ia
bertemu dengan sosok gadis itu lagi. Dunia ini seakan kelabu semenjak kepergianmu di hari
itu. Kau tak pernah mengerti, “Bagaimana aku semenjak kepergianmu? Seolah tak
ada lagi daya untuk aku bernafas lagi. Mungkin kalau bukan karena hadiah
terakhir yang diberi olehmu, mungkin aku akan lekas cepat-cepat menyusulmu!”.
“Inilah Raka menunggumu, kembalilah! Engkau yang telah mengingatkanku akan
semuanya yang ada di bumi ini, hingga aku mengerti akan segalanya. Salsabiella
Nadien makasih untuk semuanya, makasih untuk sarapan senyum manismu yang kau
berikan setiap harinya untukku, aku usahakan tuk selalu mengingat dan izinkan
aku untuk mengenangmu hingga akhir waktu nanti.” Kata-kata pilu itu yang selalu
diucapkan Raka ketika harus mengingat segalanya. Semua yang hanya membuatnya
untuk selalu mengenang kembali masa SMA
nya.
***
Nyiur
dedaunan yang melambai-lambai di perjalanan sekitar yang menyejukkan hati, tapi
bising penuh keramaian, tak membuat hati Raka tentram itulah kesan pertama kalinya
ia harus menginjakkan kaki di Pringsewu lantaran usaha baru untuk ayah Raka
yang merupakan upaya untuk memperbaiki ekonomi keluarganya. Bising yang tak
pernah membuat konsentrasi itulah suasana yang ada di Pringsewu ini, lantaran
tempat yang penuh keramaian ia menyegerakan pergi mengambil air yang ada di sumur
dan membasuhnya untuk sedikit memecahkan keramaian yang ada. Tetapi ayahnya
sibuk memberaskan barang-barang pindahan dan merancang segala sesuatu untuk usaha
barunya, beliau pun yang sibuk mengurus seluruh berkas pindahan Raka dan Raka
hanya membantu sekadarnya saja.
Rabu
pagi ayah Raka mengantarkan Raka pagi sekali ke sekolah barunya itu. Beliaulah
yang mengurus segala persyaratan Raka untuk sekolah barunya. “Ka segala
sesuatunya telah ayah urus kamu tinggal ngurusin sekolahnya aja terus belajar
yang bener ya dan sekolah pintar!” itulah ucap ayah Raka di depan gerbang. “Iya
yah, doakan aku supaya mudah beradaptasi, Assalamu’alaikum aku masuk ya”ucap
Raka sambil mencium tangan ayahnya. Selang beberapa menit kemudian lonceng
sekolah pun berbunyi “teng . . . teng . . .” akhirnya ia masuk kelas dengan
ditemani oleh kepala sekolahnya. Ketika masuk kelas suasana pertama ketika Raka
masuk, semuanya hambar pandangan mereka seakan akan tajam terhadap Raka.
“Silakan perkenalkan namamu Nak”perintah kepala sekolah kepada Raka. “Baik bu,
namaku Raka Zafran Ramadhan biasa dipanggil Raka, aku pindahan dari SMA N 1
Dente Teladas,” ucapnya dengan gemetar di depan kelas. Akhirnya Raka duduk
dengan Arif yang kebetulan bangku sebelahnya kosong. Pandangan Arif yang
bersahabat dapat menemani Raka pandangan tajam teman yang lainnya. “teng . . .
teng . . .” terdengarlah suara bel yang di tunggu-tunggu oleh siswa. Tiba-tiba
datang segerombolan anak yang bermata tajam dan berpandangan sinis kepada Raka.
“Iya bu” aku segera menuju ke bangku di sebelah Arif. “Hai Raka, gue Arif”ucapnya
kepada Raka. “Oh iya Arif kenalin aku Raka, aku boleh duduk di sampingmu kan”dengan
nada gemetar kepada Arif. “boleh . . boleh . . duduk aja sih nyantai aja dan
gak usah tegang”.
“teng . . teng . . “ bel istirahat pun
berbunyi tiba-tiba segerombolan teman-teman Raka dengan pandangan yang tajamnya
datang menghampiri Raka. “Heh lo murid baru jangan belagu, biasa aja!”, Raka
gemetar tak menentu ia bingung mau gimana ia menghadapi teman-temannya itu dan
akhirnya ia hanya menjawab “iya” dengan nada yang gemetar.
Semua yang ada berbeda tak ada yang mampu
untuk mengubah kesunyiannya dan tak ada yang mengertinya. Ayahnya sendiri pun
selalu sibuk akan pekerjaannya. Tak terasa enam bulan pun telah berlalu, hari
ini adalah hari yang medebarkan bagi Raka karena hari ini adalah embagian
raport. Tapi kabar baikpun tak menghampiriku, dengan wajah yang takut dan
lemas, ia memberikan raport itu kepada ayahnya, “Yah, ini raportnya Raka, maaf
ya!”
Liburan semester berlalu, tak terasa
sekolah akan segera memaksanya untuk kembali ke menuntut ilmu. Kerumunan suara
motor pun terdengar yang membuyarkan semua mimpi Raka “Arghh . . . aku
kesiangan ayah pun tak membangunkanku”geramnya di kasur. Akhirnya ia bergegas
cepat-cepat agar tidak terlambat datang di sekolah hari pertama itu. Tiba-tiba Raka
tak sengaja menabrak gadis berkacamata besar dan membawa banyak buku, akhirnya
begegas turun dari motornya dan membantu gadis itu untuk membereskan semua yang
berserakan. “Maaf ya Kak, saya ndak sengaja”ucapnya buru-buru, “Nggak papa
kok”ucapnya menenangkan Raka. Raka langsung bergegas pergi karena takut
terlambat, jam 07.15 akhirnya Raka sampai di sekolah ia pun menghela nafas
panjang-panjang. pelajaran pertama berlangsung tapi itu tak pernah bisa focus,
ia memikirkan gadis tadi yang ditabraknya. Ketika bel istirahat berbunyi, ia
langsung bercerita kepada Arif teman sebangkunya “Rif, tadi aku nabrak orang tau”.
“Gila lu Ka, la trus dia gimana? Ada yang luka nggak?”Tanya Arif penasaran.
“Untung aja dia nggak papa, ketar ketir tau aku”, “Ya kamu si aneh Ka”. Itulah
percakapan Raka dengan Arif siang tadi sepulang sekolah. Fikiran Raka
mengawang-ngawang memikirkan seorang
gadis yang ditabraknya tadi pagi itu. “Ka, tadi ayah dapat brosur bimbel, kamu mau nggak kalau ayah
daftarin? Untuk memperbaiki nilaimu lho Ka, ayah kepengen kalau kamu bisa
memperbaiki nilaimu dan besoknya diterima di ptn favorit”. Akhirnya Raka
menerima tawaran ayahnya karena ia tak mampu mengecewakan ayahnya tersebut.
Tiba-tiba Raka bertemu dengan gadis itu,
alangkah terkejutnya ia. Kemudian Raka dengan sengaja mengejarnya untuk meminta
maaf yang kedua kalinya. “Maaf ya atas kejadian kemarin”dengan suara
mengagetkan dibelakangnya. “Huh aku kira siapa lho, iya ndak papa kok”jawabnya.
“Kamu les juga ya? kenalin namaku Raka, kalau namamu siapa?”ucap Raka sambil
menjulurkan tangan kanannya. “Oh aku Salsabiella Nadien biasa dipanggil Nadin,
aku nggak les kebetulan aja lewat, lagian rumahku di deket sini, ya udah ya aku
pulang dulu ya kayaknya udah dicari ibu, Assalamu’alaikum”. “Eh Nad, aku boleh
minta nomer handpone mu”ucap Raka gemetar. “Ya boleh ini 085788565708”. Raka tak seberani
itu biasanya tak tau ada angin apa yang memaksanya untuk bertindak seperti itu
diakui Raka tak pernah senekat itu sebelumnya.
Raja malam pun mulai muncul di jendela
rumah Raka yang membuatnya menjadi teringat sosok seorang Nadin, gadis yang
ditabraknya kemarin. Ragu dan mau itulah hal yang membuat sosok seorang Raka
menjadi bimbang lantaran Ia ingin mengirimkan
sebuah pesan singkat kepada gadis itu. “Assalamu’alaikum . . .” akhirnya ia
memberanikan diri untuk mengetik sms kepada Nadin. Itulah awal yang membuat
hubungan mereka semakin akrab.
Tak terasa detik-detik ujian pun diambang
mata, seperti biasanya seluruh siswa kelas XII menyiapkan materi untuk
menghadapi ujian itu termasuk pula Raka. Tetapi tak tau parasit apa yang menempel
di fikirannya, setiap pelajaran tak ada yang mampu diserapnya. Akhirnya dia
mengambil ponselnya, “Nad, besok aku jemput kamu ya kuharap kamu tidak ada
acara, soalnya aku pengen minta ajari materi fisika”, itulah modus-modus yang Raka
gunakan setiap harinya. Hari pun berganti dan akhirnya Raka menjemput Nadin di
sekolahnya, setelah mereka belajar tiba-tiba Raka mengungkap segalanya “Nad,
akhir-akhir ini aku seringkali tak bisa focus, aku tak tau parasit apa yang
menggangguku mungkin karena kamu yang mengubah segalanya”celetuk Raka. “Kamu
ini ngomong apa si Ka?”ucap Nadin keheranan. “Nad, kamu mau nggak jadi pacar
aku?”. Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Nadin, ia hanya pergi begitu saja
meninggalkan Raka yang tengah mengutarakan perasaannya. Akhirnya Raka pulang
dengan membawa luka perih yang tak pernah terjadi sebelumnya. Akhirnya dia usap
butir-butir yang sering berjatuhan, ia basuh dengan air wudhu ia sholat
setelahnya dan ia akhirnya berfikir untuk mengejar sukses terlebih dahulu
daripada harus memikirkan perkara yang sepele. Dia ambil buku-buku pelajarannya
ia coba memahami materi sedikit demi sedikit.
Senin, hari itu adalah hari pertama ujian
untuk menguji kelulusan setiap orang, “Yah doakan aku ya!” ucap Raka sambil
mencium tangan ayahnya. “Iya nanti ngerjainnya jangan gelisah ya kerjakan soal
yang mudah dulu kamu pasti bisa kok, semangat!”. Hari-hari ujian pun berlangsung
begitu saja, Raka selalu merindukan hari yang ketika itu ada sosok gadis
berparas elok berada di dekatnya akhirnya ia mengambil ponselnya yang telah
lama dimatikan. Diketiklah kata-kata yang brusaha menenangkannya
“Assalamu’alaikum Nadin, bagaimana dengan ujianmu kemarin Nad? Maaf ya yang kejadian itu, lupakan
saja anggep aja angin lewat, kuharap kamu nggak marah denganku”. Detik demi
detik, Ia pun tak sabar untuk menunggu balasan dari Nadin, akhirnya satu pesan
pun diterima “Wa’alaikumsalam, Alhamdulillah ujian berjalan lancar Ka, iya aku
bahkan tak mengingat kejadian itu sama sekali, eh Raka persiapkan juga ya buat
sbmptnnya harus dari sekarang mulainya, semangattt!”. “Iya Nad, kamu juga ya!”
celetuk Raka.
Buku fisika, matematika, biologi itulah
buku santapan yang setiap hari di santapnya, percaya rasa itulah yang harus ada
dalam mewujudkan mimpi-mimpinya. “Nad, apa aku bisa masuk yak ke jurusan kedokteran?”,
“Bisa geh Ka, kamu bisa masuk kok, asal kamu sungguh-sungguh belajarnya dari
sekarang, lahap tuh buku-buku sbmptnnya sampai ngelotok pasti kamu bisa,
semangat geh”. Semangat itulah yang membuat hari-harinya percaya bahwa impian
itu akan tercapai, hari besok adalah ujian dilakukan Raka gelisah tak menentu.
Ponsel Raka bordering pertanda satu pesan masuk “Ka semangat ya lahap
soal-soalnya, kamu bisa kok, jangan takut! Mimpimu sedikit lagi akan tercapai
oleh genggaman jari-jarimu, semangatt!” itulah sms Nadin yang menambah semangat
Raka.
Hari Rabu inilah hari yang membuat gemetar
setiap siswa karena hari ini hari yang menentukan bagi masa depan mereka. Soal
mulai dibagikan “Dengan bismillah aku pasti bisa untuk bahagaikan orang tua,
semangat!” itulah motivasi yang sering diucapkannya sebagai pelepas rasa
gemetar. Imajinasinya pun mengembara mencari jawaban terbaik yang akan diberikan untuk menentukan nasibnya itu.
Pengumuman yang ditunggu-tunggu akhirnya keluar, dicari-cari perlahan dengan
sedikit gemetar Raka menekan enter setelah ia memasukkan username dan password.
Terkejut bukan main Raka Zafran Ramadhan nama itu, “Selamat Anda lulus dan masuk di
kedokteran UI” alangkah terkejutnya ia bukan main, diambilnya air wudhu dan
sujud syukur atas nikmat yang telah Allah berikan. “Ka, gimana pengumumannya?”
Nadin sampai mengulang sms tiga kali berturut-turut untuk memastikan hasilnya.
“Alhamdulillah masuk Nad J”.
Akhirnya
hari berganti hari tak terasa hari ini adalah hari keberangkatan Raka ke UI,
“Yah, Raka berangkat ya!” Raka berpamitan dengan orang tuanya. “Iya, hati-hati
di jalan ya, disana belajar yang bener” nasehat ayah Raka. Itulah hari dimana
Raka melihat senyum menyejukan yang bersumber dari gadis cantik itu siapa lagi
kalau bukan “Salsabiella Nadien” gadis pujaannya yang membuatnya sadar akan
segalanya.
Hari
ini adalah hari pertama kuliahnya, ia mulai mencoba beradaptasi dengan dunia
barunya. Disana ia menemukan semua yang super hebat, dosen-dosennya yang
menajubkan atau kawan-kawannya dari seluruh penjuru Indonesia dan ia pun
bertekad untuk dapat membahagiakan orang tuanya. Disana juga ia menemukan ilmu
yang benar-benar membuatnya semakin takjub akan kuasanya, dia berusaha
semaksimal mungkin untuk meraihnya hingga gelar dokter pasti akan ia raih.
Kuliah dan kuliah akhirnya empat tahun berhasil ditempuhnya, ia menelpon
ayahnya untuk memberitahukan bahwa ia telah meneyelesaikan kuliahnya. “Yah,
Raka besok wisuda yah, ayah datang ya!” dengan muka memohon. Raka juga menelpon
Nadin, tapi tak nyambung-nyambung, akhirnya Raka hanya menitipkan pesan “Nadin,
besok aku wisuda, kalau kamu nggak keberatan kamu bisa datang J”. Tapi tak ada tanggapan
sms balik dari Nadin, Raka pun sedikit cemas tapi ia tetap bahagia akan
wisudanya.
Dunia
yang cerah, malam penuh bintang semuanya seolah tunduk kepada dr. Raka gelar dokter yang baru ia terima dengan penuh
perjuangan dan dorongan gadis berparas cantik itu. Siapa lagi kalau bukan
karena Salsabiella Nadien yang membuat Raka lebih semangat. Setelah ia di
wisuda ia pun mendapat praktek kerja di salah satu rumah sakit yang ada di
Jakarta, ia melakoni dengan sepenuh hati sampai membuat semua tertegun-tegun
keheranan akan kebaikannya untuk menolong sesama. Setelah Raka mengira bahwa ia
akan meminang Nadin, gadis pujaannya hatinya yang membuatnya takluk bahkan tak
ada yang bisa menggantikannya.
Minggu
sore, Raka pergi ke rumah Nadin dengan maksud untuk bertemu dengannya
menanyakan gimana kabarnya sekarang karena ponselnya tak pernah aktif ketika
dihubungi. “Tuk . tuk . . Assalamu’alaikum . . “ ketuk Raka di depan pintu.
“Mau cari siapa Nak” ucap ayah Nadin. “Maaf Pak, saya mencari Nadin, Nadinnya
ada tidak?” Tanya Raka tidak sabar. Berjatuhan tetesan air mata ayahnya, Raka
semakin panik, kemanakah Nadin? “Maaf Pak, Nadin tidak ada di rumah ya?”
Tiba-tiba
ayahnya menyeritakan semuanya, Raka hela nafas dalam-dalam tak terasa pun
bercucuran air matanya. Alangkah terkejutnya mendengar kekasih pujaannya pergi
meninggalkannya, hatinya kaget dan seluruh badannya tak ada daya untuk
mendengarnya, seorang gadis berparas elok telah pergi meninggalkannya untuk
selama-lamanya. Dia menangis seadanya, tak ada yang bisa menghapuskan
kesedihannya lagi, “Teleponku yang tak diangkat, smsku yang tak pernah dibalas,
ternyata dia pergi meninggalkanku pada tanggal saat wisuda” gumamnya dalam
hati, hatinya sedih tak karuan ia pulang kerumahnya. “Ka, ini surat terakhir
yang ia titipkan untukmu.” Ayahnya memberikan dengan sebuah Al-qur’an.
“Ka
gimana untuk resepsi besok” tanya ayahnya meneliti. Raka tak sanggup untuk
menjawabnya, ia hanya pergi menuju ke kamarnya.
Teruntuk sahabat dekatku Raka,
Raka bagaimana kabarmu? Kuharap kamu
selalu baik setiap harinya?
Eh, bagaimana dengan kuliahmu? Aku
selalu menunggu kabar darimu, tapi kamu tak kunjung mengabariku.
Raka, maaf ya untuk kejadian waktu
itu, bukan aku tak mau menerimamu tapi karena aku takut ketika rasa cintaku
kepadamu mengalahkan rasa cintaku kepada orang tuaku dan terhadap sang khaliq,
Maaf ya?
Dan kapan gelar dokter kau terima?
Kuharap kamu menjadi dokter yang
bermanfaat bagi semuanya ya J
Dan terus semangat juga buat
kedepannya!
UI? Pasti kau akan menemukan yang
lebih baik dariku.
Al-qur’annya dibaca ya setiap habis
sholat
Itu hadiah buatmu, hadiah dari teman
dekatmu
Salam terakhir,
Salsabiella Nadien
Berjatuhan
semua air mata Raka yang tak bia menerimanya. Hati Raka terenyuh ketika harus
mendengar kenyataan pahit itu, sedih hatinya kalau harus mengingat masa lalunya
bersama Nadin. Adzan ashar pun berbunyi, diusapnya air mata pedih ini dan
sholatlah ia untuk menenangkan rasa sedihnya. “Akan ku kenang dirimu secara
utuh, maafkan aku yang tak tau akan semuanya. Mungkin ini adalah kebodohanku
yang tau. Semoga kau akan menjadi bintang nan elok di hati ini. semoga kau
diterima disisinya.”
“Tok
. . tok . . Ka bagaimana besok jadi nggak?”
“Enggak
Yah, tak akan pesta besok, besok, dan besoknya.”